We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 401
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 401 #15 BONUS Lanny membalas tatapannya dengan tegas. “Ya, aku sudah muak dengan kehidupan seperti itu. Makanya aku melarikan diri dan Ingin melihat dunia luar. Tapi sayangnya, waktu itu aku masih polos. Kupikir, selain ibu, semua orang di dunia ini adalah orang baik Ketika sampai di bagian ini, suaranya terputus. Dia tidak melanjutkannya lagi.

Harvey melanjutkan pertanyaannya, “Meskipun ibu menyakitimu, apa dendam yang kamu miliki kepada Seli sampai tega berbuat seperti itu padanya?” “Seli, Seli, Seli.” Mata Lanny seketika menyorot tajam saat mendengar nama itu disebutkan.

Amarahnya bergejolak dengan hebat, bahkan dia berani meraih kerah baju Harvey dengan keras. “Kamu pikir adikmu ini nggak pernah mencarimu? Tapi, pada saat itu, apa kamu masih memikirkan aku? Hatimu sepenuhnya milik Seli! Aku melihatmu tersenyum dan memanjakannya seperti yang dulu kamu lakukan padaku. Dia juga tersenyum begitu bahagia saat melihatmu...” Air mata yang dia tahan susah payah akhirnya tumpah saat itu juga. Lanny berseru dengan rasa penuh kehilangan, “Apa kamu tahu bagaimana aku menjalani hidup selama ini? Apa kamu tahu apa saja yang telah kualami untuk bisa bertemu denganmu lagi?” Air mata itu terjatuh ke atas punggung tangan Harvey, membuat tangannya terasa sedikit hangat.

“Saat aku melarikan diri dari kandang gelap itu dan berjuang mati-matian agar bisa bertemu denganmu, kamu justru memberikan segala kasih sayangmu pada Selena. Jelas-jelas aku ini adikmu, seharusnya akulah orang yang paling kamu sayangi!” Ada sentuhan ketakutan yang tak beralasan dalam matanya, Harvey sendiri sangat paham dengan tatapan semacam itu. [x] Dia pernah melihat sorot semacam itu dari dalam mata ibunya yang suka menyakiti dirinya sendiri. Setiap kali kambuh, sorot matanya akan berubah seperti itu.

Gangguan mental memang dapat diturunkan. Terlebih lagi, sejak kecil, Lanny sudah hidup di bawah bayang- bayang ibunya. Mungkinkah dia memiliki kecenderungan yang serupa? “Lanny, kamu adalah adikku, keluargaku. Untuk Seli, dia adalah istriku, kakak iparmu, dan juga keluargamu. jadi, kamu seharusnya menyayanginya, bukan malah membencinya.” “Menyayanginya? Kenapa aku harus menyayangi orang yang sama sekali nggak ada hubungannya denganku dan nggak memiliki ikatan darah denganku? Kenapa dia punya hak untuk tersenyum manis di sisismu?” Kelima jari Lanny mengepal perlahan, sorot matanya terlihat semakin dingin.

“Jadi, bukan cuma nggak menyayanginya, aku juga sangat amat membencinya. Dulu aku juga seperti dia, seorang putri dari keluarga kaya raya yang dimanja. Aku ingin dia merasakan rasa sakit yang kurasakan, melihatnya kehilangan kasih sayangmu sedikit demi sedikit, melihatnya jatuh dari surga ke neraka. Ah, aku benar-benar belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.” “Kamu sudah gila, ya? Apa memang kesalahan yang sudah dia lakukan?” “Dia nggak salah apa-apa. Oh, kesalahannya cuma satu, dia menjadi orang yang kamu sayangi. Kamu itu kakakku, bagaimana mungkin kamu bisa mencintai orang lain?” Lanny melanjutkan kata-katanya dengan raut wajah yang sulit dipahami. “Aku tahu kalau rasa cintamu pada Selena, sama besarnya dengan rasa bencimu padaku. Tapi aku sudah nggak peduli lagi, hidup dengan kondisi seperti ini bahkan rasanya jauh lebih buruk daripada mati. Jadi, bunuh saja aku untuk membalaskan dendamnya.” Jari-jari Harvey sedikit gemetar. Bagaimana mungkin dia bisa membunuh Lanny dengan tangannya sendiri? Dia kemudian memegang erat pergelangan tangan Lanny dan mencengkeramnya dengan kuat. suaranya terdengar sedikit bergetar. “Bagaimana bisa aku membunuh adikku sendiri?” Lanny menyeringai dengan sinis, “Aku sudah tahu kalau kamu nggak akan sanggup. Tapi, begitu Selenal mengetahui kebenarannya, aku akan menjadi beban dalam hatimu selamanya. Selena pasti nggak akan bisa melupakan hal ini.” “Kamu pasti sudah merencanakannya sejak awal, ‘kan?!” “Ya, aku tahu kalau kamu nggak akan membunuhku. Bagaimanapun juga, nggak ada jalan keluar yang bisa menguntungkan semua pihak.” Harvey merasa sangat kesal, hatinya terasa begitu sakit. Bagaimana bisa dia memiliki adik yang seperti ini? Dia mengangkat tangannya dan bersiap mengayunkannya lagi, tetapi Lanny refleks mengulurkan tangan untuk menghentikannya.

Ketika tangan Lanny terangkat, lengan bajunya merosot turun, membuat Harvey bisa melihat bekas lukal yang melilit seperti seekor lipan di sepanjang lengannya.