We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 430
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 430 Ucapan “Kamu punya ayah” membuat mata Selena berkaca-kaca.

Selena punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Arya. Dia ingin tahu apa ayahnya mengetahui asal-usulnya.

Namun, ketika melihat wajah ayahnya yang penuh dengan kecemasan, Selena mengurungkan niatnya.

Dia tidak boleh buru-buru. Saraf ayahnya belum sepenuhnya pulih, jangan sampai dibebani pikiran berlebihan.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Ayah, aku baik-baik aja. Aku sudah dewasa, bukan anak-anak lagi.” “Syukurlah. Harvey masih baik padamu seperti biasa, aku lega.” Arya merentangkan tangan dan membelai rambutnya. “Kata Dokter West, aku bisa jalan sendiri seminggu lagi.” Sebenarnya, selama beberapa hari terakhir Arya sudah bisa berjalan beberapa langkah menggunakan alat bantu. Meski proses pemulihannya panjang, dia tetap pantang menyerah.

Dia ingin dapat berjalan lagi secepatnya sehingga tidak membebani Selena dan mencemaskannya.

“Syukurlah, Ayah harus selalu semangat.” Melihat Selena tersenyum, perasaan Arya makin membaik. “Omong-omong, badanku terasa baikan belakangan ini. Aku pengin lihat ponsel buat baca berita.” Selena seketika waspada. Saat ini media sedang ramai memberitakan pernikahan Harvey.

“Ayah sabar dulu, ya. Menatap layar ponsel bisa memicu rangsangan berlebih pada mata. Nggak baik buat proses pemulihan.” x] Arya hanya dapat menurut. “Ya sudah, nanti aja.” “Sudah siang, nih. Ayo, kita makan. Makanlah yang banyak biar cepat pulih.” Selena mendorong Arya kembali ke kamar. Harvey menyaksikan ayah dengan satu kaki yang lumpuh dan anaknya dengan satu tangan yang terkulai menjauh.

Melihat keadaan mereka membuat Harvey merasa makin bersalah. Dia pun mengikuti keduanya. “Seli, biar aku aja.” Belakangan ini, Harvey selalu bertindak seperti ini. Entah apa pun yang dia lakukan, Selena selalu bermuka masam padanya. Hanya saat bersama Arya sikapnya melunak.

Ketika tinggal mereka, Selena langsung mengabaikannya.

1/ +15 BONUS Melihat Harvey dengan senang hati berperan sebagai menantu yang baik dan ayahnya juga senang.

Selena tidak berniat menghentikannya.

Pandangan Arya terpaku sejenak pada ekspresi hina Selena. Meski mengalami cedera otak, bukan berarti dia buta atau bodoh.

Dugaannya kelihatannya benar. Ada masalah antara Selena dan Harvey.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Harvey.pekerjaanmu padat sekali, kan? Di sini sudah banyak yang bantu merawatku, jadi kamu nggak usah khawatir. Lebih baik gunain waktumu buat menemani Selena.” “Menemani Seli sekalian menemani Ayah. Ayah, bagaimana keadaanmu hari ini? Sudah baikan?” Ekspresinya terlihat sangat lembut, berbeda jauh dari sikap kejam dan dingin sebelumnya.

“Sudah jauh lebih baik. Paling lama seminggu lagi aku bisa jalan sendiri. Harvey, makasih sudah memanggil tim medis buat menanganiku. Mereka sangat perhatian setiap hari.” “Ayah nggak perlu berterima kasih, kita keluarga, ‘kan?” Harvey mendorong kursi rodanya ke tepi meja makan, kemudian dia menarikkan kursi untuk Selena.

“Sel, aku agak sibuk hari ini. Tunggu besok, aku pasti masakin sup untukmu,” ucapnya sambil menyajikan makanan pada Arya dan Selena, seperti pria ideal yang paling baik dan sempurna.

Selena mengiakan dengan agak terpaksa agar Arya tidak curiga.

Arya bisa membaca pikirannya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Setelah makan Harvey mendorongnya kembali ke kamar untuk terapi rehabilitasi.

Arya harus merendam kaki dengan ramuan herbal setiap hari. Setiap kali itu pula, Harvey akan menggulung lengan bajunya dan berlutut satu kaki di lantai, menanggalkan statusnya sebagai pimpinan perusahaan dan dengan serius memijat kaki Arya untuk melancarkan meridiannya.

“Harvey, di sini cuma kita berdua. Katakan yang sebenarnya, apa kamu dan Selena sedang bertengkar?” Pijatan tangan Harvey agak meleset saat mendengarnya. Apa Arya menyadari situasinya? “Ayah, kenapa tanya gitu?” Arya menjawab dengan yakin. “Dulu Selena selalu memandangmu dengan mata berbinar-binar. Sekarang cuma ada kebencian saat dia memandangmu.” +15 BONUS