We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1126
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1126

Naomi melaporkan makanan tadi, kemudian menambahkan, “Aku mengawasinya di samping, tidak

membiarkannya makan apa pun yang tidak boleh dimakan.”

“Baik.” Tabib Hansen melirik Carla dan menginstruksikan, “Kalian keluar dulu.”

“Ini...” Naomi memandang Tracy.

“Keluar.” Tracy memberi isyarat.

“Baik.” Naomi dan dua pengikut wanita lainnya menundukkan kepala dan melangkah mundur.

“Kamu juga keluar,” kata Tabib Hansen kepada Tracy.

“Hah?” Tracy sedikit terkejut, biasanya jika itu bukan karena keadaan yang sangat darurat, dia boleh

tetap di dalam. Mungkinkah situasi Carla sangat serius?

“Jangan khawatir, ini masalah kecil.” Tabib Hansen mengetahui kekhawatirannya, “Aku hanya ingin

bicara dengan kedua anak ini saja.”

Carlos sedikit terkejut, ‘Gawat, Tabib Hansen menyadarinya...

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Tracy menatap Carlos dalam–dalam, kemudian dia bangkit dan berjalan keluar.

Tabib Hansen menempelkan plester di pusar Carla, dan meminta Amanda untuk menyiapkan obat

tradisional, kemudian berkata dengan santai—

“Meskipun pil gula tidak akan memiliki efek samping yang besar, tapi kondisi Carla belum sepenuhnya

pulih, ketika memakannya pasti akan sangat tidak nyaman. Tidak peduli apa alasannya, kamu tidak

boleh bermain–main dengan tubuh.”

Mendengar kalimat ini, Carlos menundukkan kepalanya karena merasa bersalah...

Carla mencengkeram perutnya yang sakit dan menjelaskan dengan cemas: “Kakek Hansen, aku sendiri

yang ingin memakannya, ini tidak ada hubungannya dengan Kak Carlos.”

“Kelak jangan mencuri apapun lagi dari kotak obat kakek.” Tabib Hansen mengingatkan kedua anak itu.

“Maaf, Kakek Hansen, aku tahu aku salah.” Carlos menjelaskan dengan lembut, “Tapi, aku tidak mencuri

apa pun, kak Amanda yang memberikan pil itu padaku. Aku sakit perut sebelumnya, jadi dia

memberikannya padaku, tapi aku tidak memakannya dan menyimpannya.”

Tabib Hansen memandang Amanda. “Itulah yang terjadi.” Amanda mengangguk.

“Tubuhmu sehat, jika kamu makan terlalu banyak, itu tidak akan ada efek samping. Makanya kak

Amanda memberimu pil itu, tapi Carla tidak sama.” Tabib Hansen mengingatkan dengan sungguh–

sungguh, “Hal yang sama, tapi jika orang sehat dan orang sakit makan makanan yang sama, maka efek

yang ditimbukan akan berbeda, kelak jangan bercanda dengan hal seperti ini lagi!”

“Ya, aku mengerti.” Carlos sangat malu, dan buru–buru bertanya, “Kakek Hansen, apa Carla baik–baik

saja sekarang? Aku pikir dia hanya akan sakit perut, tapi aku tidak menyangka reaksinya sebesar ini.”

“Masalahnya tidak terlalu serius, tapi masih perlu minum beberapa obat lagi.” Tabib Hansen

mengerutkan kening dan berkata, “Oke, kamu bisa keluar. Pasti Mamimu sedang menunggu penjelasan

darimu.”

“Ya.” Carlos mengangguk dan menatap Carla dengan rasa bersalah, “Maaf, Carla...”

“Tidak apa–apa, Kak Carlos. Jangan khawatir, aku akan segera sembuh, uww...”

Carla belum selesai bicara, dan dia mulai muntah lagi.

“Carla, ayo, minum air dulu.” Amanda buru–buru membantu Carla duduk dan membantunya minum air.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Pergilah.” Tabib Hansen mengelus kepala Carlos.

Carlos berjalan keluar dari ruang medis, Tracy duduk di sofa dengan wajah cemberut dan menatapnya

dengan mata yang rumit: “Ikut Mami ke ruang kerja.”

Carlos menundukkan kepalanya dan mengikutinya ke ruang kerja di lantai pertama.

Daripada di bilang ruang kerja, lebih baik mengatakan ini adalah sebuah perpustakaan, dengan lantai

bertingkat tinggi, loteng bertingkat, rak buku kayu kelas atas yang langka, dan beberapa elemen megah.

Bahkan vas bunga di sudut–sudut ruangan semuanya adalah barang antik yang langka. Ruang kerja ini

memberikan orang lain rasa ketenangan, seolah–olah hati akan tenang begitu masuk ke ruangan ini.

Carlos mengamati ruang kerja itu secara seksama, sampai terdengar suara Tracy, dia baru kembali ke

pikirannya...

“Kemarilah!” Tracy duduk di meja, mengerutkan keningnya pada Carlos.

Carlos berjalan mendekat, menundukkan kepalanya dan tidak berani berbicara.

“Mau Mami yang bertanya, atau kamu sendiri yang menjelaskannya?”

Tracy jarang sekali memperlakukan anak–anak dengan begitu serius, tetapi kali ini masalahnya sangat

besar, dan dia sangat marah...