We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1782
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1782

Dewi tiba-tiba mendengar ada pergerakan di tempat agak jauh saat dia akan memanjat lagi.

Dia segera menahan napas dan memfokuskan perhatiannya, lalu mendengarkan langkah kaki yang di kejauhan.

Gerombolan itu makin mendekat dan sepertinya ada banyak orang.

Lorenzo turun dari pohon, lalu menarik Dewi dan berlari ke arah sebaliknya.

Dewi tahu dia ingin mengecoh orang-orang itu, agar mereka tidak mengejar Jasper dan Sonny.

Lorenzo berlari dengan sangat cepat seperti seekor citah!

Awalnya gerakan Dewi sudah bisa dikatakan sigap, tetapi dia merasa dirinya tidak lebih baik dari pria itu.

Dengan segera, dia sudah tidak mampu berlari lagi, dia menepis tangan Lorenzo, dan membungkuk dengan

napas terengah-engah.

“Cepatlah!” Lorenzo mendesak sambil mengernyitkan alis.

“Tidak bisa, aku tidak sanggup lari lagi, tidak sanggup lagi ....”

Dewi berkata dengan napas terengah-engah.

“Benar-benar merepotkan.”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Saat menatap ke arah gerombolan yang perlahan mendekat itu, Lorenzo segera menaikkan Dewi ke pundaknya

dan terus berlari ke depan.

Meski terkejut, Dewi tidak berontak, bagaimanapun orang-orang bersenjata itu hampir mendekati mereka,

nyawanya bisa melayang kalau masih tidak berlari menjauh.

Terdengar suara angin di telinganya.

Lorenzo mempercepat larinya sambil menggendong Dewi tanpa terengah-engah sedikit pun.

Dari kecepatan berlarinya, bisa dilihat betapa kuatnya dia.

Namun, Lorenzo berhenti setelah berlari beberapa saat, dia takut orang-orang itu tidak menyadarinya dan

malah berlari ke arah sebaliknya untuk mengejar Jasper dan Sonny.

“Turunkan aku.”

Setelah Dewi meronta beberapa kali.

Lorenzo langsung melemparkannya ke tanah.

“Ah!” Dewi menjerit, falu segera berdiri dan mengomel, “Berengsek

Sebelum menyelesaikan kata-katanya, Lorenzo sudah menutup mulutnya.

Dia menyipitkan matanya dan menatap ke arah mereka datang dengan tatapan dalam dan dingin, lalu kembali

menatap ke tanah dan merasakan getarannya.

Orang yang mengejar mereka makin dekat.

“Naik ke atas pohon.”

Lorenzo melepaskan jasnya, lalu menaikkan Tengan bajunya, mengeluarkan pistol dan bersiap untuk

menghadapi serangan.

“Apa kamu bisa, sendirian melawan mereka?”

Dewi merasa sedikit khawatir, menurut perkiraannya, kemungkinan besar ada ratusan orang.

Dengan kemampuannya sendiri, Lorenzo akan kesulitan mengatasi orang-orang ini.

Meski dia sangat hebat, tetap akan kesulitan.

“Jangan cerewet.” Lorenzo sedikit tidak sabar.

Dewi tidak berbicara lagi, dia memanjat ke atas pohon dan bersembunyi di dahan yang rindang, juga menutupi

tubuhnya dengan dedaunan.

Dia mengenakan pakaian serba hitam, ditambah langit yang sudah larut, selama tidak dicari dengan saksama,

tidak akan ada yang menyadari ada orang di atas pohon.

Jadi, dia sangat aman seperti ini.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Hanya saja, orang-orang itu sangat berbahaya.

Kenapa dia tidak bersembunyi ataupun melarikan diri?

Awalnya Dewi tidak mengerti, tetapi dia segera memahaminya, kalau pria itu terus berlari, orang-orang itu juga

akan terus mengejar dan dia juga tidak akan mampu berlari lama, akhirnya mereka tetap akan tertangkap.

Selain itu, kalau tidak menemukan mereka, orang-orang itu akan berpencar dan menemukan Jasper dan Sonny.

Cepat atau lambat tetap harus dihadapi, lebih baik dihadapi lebih awal.

Saat ini Dewi tiba-tiba menyadari sebenarnya Lorenzo memiliki hati yang baik di balik sikap dingin dan

kejamnya.

Pada saat genting, dia memilih menghadapi semuanya sendirian agar bisa melindungi orang di sekitarnya. Meski

hanya anak buah, dia juga tidak akan membiarkan mereka mempertaruhkan nyawa begitu saja.

Dan dokter yang ditemui tidak sengaja seperti dirinya, tetap saja dilindungi dengan sekuat tenaga. Saat

memikirkan ini, suara langkah kaki itu pun perlahan mendekat.

Lorenzo tidak menghindar, dia berdiri tenang di sana, cahaya bulan menyinari celah dedaunan yang

membuatnya terlihat lembut.

Bagai dewa yang turun dari langit.

Dewi menatapnya sambil mengerutkan alis, merasa sedikit tidak tega.

Saat dia merasa ragu apa akan bertarung bersama pria itu, tiba-tiba terdengar sebuah suara tembakan

memecahkan keheningan malam dan membangunkan hutan yang sedang terlelap.