We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1876
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1876

“Wiwil”

Lorenzo bergegas mendekat dan ingin menahannya, tetapi gerakan Dewi lebih cepat dan dia sudah melompat

ke bawah.

Saat Lorenzo bersiap melompat untuk menyelamatkannya, dia menyadari wanita itu sudah mendarat dengan

stabil di tanah, lalu meringkukkan tubuh untuk mencari perhiasan itu.

Meski hanya lantai dua, tetap saja berjarak 12 meter karena bangunan kastil yang tinggi, dan gadis itu malah

baik-baik saja.

Salju di luar dengan suhu minus belasan derajat itu sudah memenuhi tubuhnya.

Dia hanya mengenakan gaun dari kain kasa yang tipis, tetapi seperti tidak merasa dingin sama sekali dan hanya

sibuk mencari perhiasan itu.

Dia juga berlari sigap ke sana kemari di tanah bersalju dengan kaki telanjang, sama sekali tidak seperti gadis

lemah yang sedang terluka.

Selain itu, sosoknya ini sepertinya sedikit familier.

Lorenzo menatapnya sambil menyipitkan mata, tatapan matanya tampak rumit.

“Aduh, Nona Wiwi!” Saat ini, Nola sudah berlari mendekat dengan panik sambil membawa

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

mantel. “Pakaian Anda begitu tipis, sedang mencari apa di sini? Cepatlah masuk, Anda bisa masuk angin.”

“Aku sedang mencari perhiasan, Idiot menyebalkan itu melempar beberapa perhiasan, aku tidak bisa

menemukannya.”

Dewi yang panik mengucapkan perkataan itu tanpa memikirkannya.

Lorenzo yang berada di lantai atas semakin mengernyitkan alisnya setelah mendengar kalimat

ini.

“Cepatlah masuk, aku akan menyuruh orang mencarinya, aku jamin tidak akan ada yang hilang.”

Nola memakaikan mantel pada Dewi, lalu membujuknya masuk, “Di sini dingin, jangan sampai kedinginan, nanti

malam Anda harus menghadiri acara perjamuan malam bersama Tuan.”

“Perjamuan malam apa? Aku tidak mau.”

Dewi masih memikirkan perhiasan itu, yang ada di matanya hanyalah uang.

Dewi langsung bergegas mendekat saat melihat batu topaz vang berkilauan di tanah bersaliu dan

memungut seutas kalung batu topaz, lalu kembali melanjutkan pencarian perhiasan lainnya.

Nola tidak berdaya, dia terpaksa memanggil beberapa pengawal untuk mencari bersama.

Segera, mereka semua pun menemukan banyak perhiasan yang telah dilempar itu.

Dewi menghitung, ada tujuh buah. Dia tidak tahu ada berapa banyak yang dilempar Lorenzo, pokoknya pria itu

mengambil dua kotak dengan asal, lalu melemparkannya ke luar.

Dia segera memeluk perhiasan itu, lalu naik ke atas untuk mencocokkannya.

Nola menyuruh beberapa pengawal untuk terus mencari di tanah bersalju itu, kemudiah memapah Dewi kembali

ke vila.

Dua pelayan segera datang dengan membawa mantel untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan.

Saat hendak naik ke atas, Dewi melihat Lorenzo yang turun dengan elegan, dia pun bertanya dengan kesal,

“Dasar brengsek, kenapa melemparnya?”

“Aku melemparnya karena kamu tidak suka.”

Lorenzo sangat tenang, seperti hal ini tidak layak untuk dibahas.

“Kamu sudah membuangnya, jadi ini adalah milikku karena aku yang memungutnya.”

Dewi memeluk perhiasan itu, seperti takut pria itu akan merebutnya lagi.

“Hm.” Lorenzo mengangguk dan tidak berkata apa pun lagi

“Huh.”

Dewi memelototinya sekilas, lalu bergegas naik ke atas untuk mencocokkan perhiasan itu.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Semuanya sudah ditemukan, hanya sebuah cincin batu rubi saja yang hilang!

Dewi bersiap untuk melompat lagi, tetapi Nola segera mencegahnya, “Astaga, tinggi tempat ini setidaknya ada

belasan meter, Anda bisa terluka kalau melompat seperti ini.”

“Bagaimana mungkin? Tadi aku juga....

Dewi tertegun sebelum menyelesaikan perkataannya, saat melihat Lorenzo melempar perhiasan- perhiasan

mewah itu keluar, dia pun panik dan langsung melompat dari jendela tanpa

memikirkan apa pun.

Namun, jelas-jelas dia sedang berperan sebagai gadis lemah yang mengalami luka tembak.

“Nona Wiwi, dengarkan aku, segeralah berganti pakaian dan temani Tuan sarapan, aku akan menyuruh orang

mencari cincin batu rubi itu.”

Nola berusaha membujuknya, “Kulihat sepertinya Tuan merasa sedikit kesal, Anda bujuklah dia.”

“Hah?” Dewi tidak bisa berkata-kata, “Dia sudah membuang perhiasan itu, aku saja tidak marah, kenapa dia

yang marah?”

Mioco”

“Sudahlah, jangan bahas ini, cari barangnya dulu.

Dewi menyimpan perhiasan-perhiasan itu, memakai bot musim dingin dan mantel, lalu keluar untuk mencari

cincin batu rubi itu.

Itu akan menjadi miliknya kalau berhasil ditemukan olehnya.