We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2010
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2010 Tidur yang Nyenyak

Lorenzo pun pergi dengan tenang. Setelah menutup pintu, raut wajahnya langsung menjadi serius, “Ivan kabur?”

“Tuan, tebakan Anda sungguh tepat.” Jasper berkata dengan terkejut, “Aku baru menerima kabar, juga sangat

kaget.”

“Seharusnya orang-orang Monarki yang membuat ulah.” Lorenzo langsung masuk ke ruang kerjanya,

“Sekelompok orang di belakang Pastorico masih belum menyerah.”

“Ya.” Jasper mengangguk, “Meski kekuatan Pastorico berkurang karena kejadian sebelumnya, tapi sekarang

orang-orangnya masih diam-diam mendekati Ivan, sepertinya ingin membuat masalah.”

“Huh!” Lorenzo terlihat meremehkan.

“Pasar Eropa dan Amerika tidak mudah direbut.” Jasper menghela napas, “Tuan, apa kita mau ...."

“Kita sudah mengangkat senjata, mana bisa mundur?” Lorenzo berkata dengan dingin, “Hadapilah sesuai situasi

yang sebenarnya!”

“Baik.” Jasper mengangguk, “Kalau begitu, apa yang mau kita lakukan sekarang?”

“Tidak perlu.” Lorenzo berkata dengan datar, “Dalam masalah ini, Presiden lebih panik dari kita, biarkan dia

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

sendiri yang mengurusnya. Kita adalah pengusaha, hanya melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh

pengusaha.”

“Mengerti.” Jasper langsung paham, “Kalau begitu, jika Presiden mencari Anda dalam waktu dekat ini, aku akan

mencari alasan untuk menolaknya.”

“Ya.” Lorenzo mengangguk puas, “Bagaimana dengan tiga keluarga besar?”

“Belakangan ini, Keluarga Kingsley dan Winston sangat tenang.” Jasper berkata dengan suara rendah. “Keluarga

Henderson masih mau berulah. Mungkin karena sebelumnya mereka berhasil membuat gosip tentang Anda,

maka mereka pun menggunakan kesempatan ini...."”

“Sifat Michael benar-benar tidak berubah.” Lorenzo menyipitkan matanya sambil memancarkan. aura

berbahaya, “Tidak perlu memedulikannya. Biarkan mereka lanjut berulah, kesalahan semakin banyak semakin

bagus.”

“Mengerti.” Jasper sangat paham, “Namun, kalau tidak dikontrol, takutnya mereka akan semakin bertindak

lancang. Nanti mungkin bisa memengaruhi hubungan Anda dengan Nona Dewi...."

“Dewi bukan orang yang tidak rasional. Lagi pula, aku tidak melakukan apa-apa.” Lorenzo malah tidak peduli,

“Sekarang kalau mau mengungkap kejahatan tiga keluarga besar, maka harus membiarkan mereka berbuat

jahat.”

“Mengerti.”

“Dalam waktu dekat ini, harus pergi ke Negara Maple. Sampah di sana sudah seharusnya dibersihkan.”

“Mengerti, aku akan segera mengurusnya.”

Lorenzo bekerja sebentar di ruang kerjanya, lalu kembali ke kamar saat pukul 1 subuh lebih.

Dewi sudah tertidur, kira-kira karena baru menggunduli kepalanya, dia masih merasa malu, maka dia

menggunakan selimut untuk menutupi kepalanya, seperti seekor kucing kecil yang bersembunyi di dalam

selimut.

Melihat sisi menggemaskan ini, hati Lorenzo tergerak. Namun, teringat kondisi luka Dewi yang saat ini sangat

serius, Lorenzo pun takut tidak sengaja mengenai luka Dewi, maka dia langsung tidur di sofa.

Dulu Lorenzo sangat pemilih dalam hal tempat tidur. Mungkin karena beberapa waktu ini terbiasa berjaga

semalaman di rumah sakit, ditambah sangat lelah, sekarang dia malah bisa tertidur pulas di sofa.

Dengan cepat Lorenzo pun tertidur, tidur dengan sangat nyenyak.

Saat terbangun di tengah malam, Dewi meraba-raba sisi bantalnya dalam kondisi setengah sadar. Tidak

merasakan keberadaan Lorenzo, dia merasa sedikit sedih. Namun, kemudian menyadari bahwa pria itu tidur di

sofa, dia pun sedikit tersentuh.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Dulu Lorenzo begitu arogan, kalau ada orang yang menyentuh ranjangnya, dia sudah merasa itu

kotor.

Sekarang pria ini malah langsung memberikan ranjang pada dirinya. Lalu, demi tidak memengaruhi tidurnya, dia

langsung tidur di sofa.

Kenapa pria ini begitu bodoh?

Dalam hati, Dewi sangat tersentuh. Dia pun membuka selimutnya, bersusah payah turun dari ranjang, lalu

berjalan pelan-pelan ke arah sofa.

Dia ingin menemani Lorenzo, tapi baru berjalan beberapa langkah, tubuh dan kakinya terasa lemas, sehingga

dia jatuh ke depan.

Untung saja, pada saat ini, lengan yang kuat menangkapnya.

“Apa yang kamu lakukan saat tengah malam seperti ini?”

Lorenzo langsung menggendongnya dan membaringkannya di ranjang dengan lembut, lalu sedikit menindihnya.

Namun, dia takut akan melukai Dewi, maka kedua tangannya berada di kedua sisi bahu Dewi, mempertahankan

jarak satu inci.

Wajah yang tampan berjarak sangat dekat.