We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2128
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2128 Tampang yang Sangat Marah

Sebelum Mina tersadarkan dari lamunannya, orang-orang tersebut telah melarikan diri dengan

cepat.

Sedangkan konvoi perak itu melindungi mereka dengan sebuah lengkungan yang sempurna, seperti dewa yang

turun dari langit!

Pintu mobil terbuka, sekelompok orang turun dan berdiri di depan mobil dengan tertib dan berteriak dengan

serempak, “Nona Dewi!”

Melihat wajah-wajah yang dikenalnya, Dewi tersenyum gembira, “Jeff, Sonny, Wezo ....

Kata-katanya terhenti karena kaget saat melihat Lorenzo.

Kakinya yang ramping keluar dari mobil, dia berpakaian putih, sangat tampan hingga membuat semua orang iri,

tapi matanya justru sedingin cuaca sialan di luar sana!

“Ini Tuan L yang legendaris?”

Mina tertegun dan memandang Lorenzo dengan kaget.

Dia telah lama mendengar bahwa Tuan L, dewa perang berdarah dingin yang legendaris, memiliki wajah tampan

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

yang tidak tertandingi di dunia, auranya seperti dewa, membuat orang bergidik!

Sungguh, itu tidak berlebihan sama sekali....

Mina pernah berpikir bahwa Pangeran Willy adalah pria tertampan di dunia, tapi sekarang setelah dia melihat L,

dia tahu apa artinya sempurna tanpa cacat.

“Itu dia.” Dewi menjawab dengan dingin, dengan amarah dan keluhan dalam suaranya, “Bajingan!”

“Kalau bajingan ini tidak datang menyelamatkanmu, kamu akan mati kedinginan di jalanan kota Snowy.” Suara

Lorenzo sedingin es, tanpa jejak kehangatan, bahkan ada semacam kesombongan, “Masih tidak kemari?”

“Hmph!” Dewi memalingkan muka dan mengabaikannya.

“Cepat masuk ke mobil, darahku sudah membeku....” Mina tidak sungkan dan menyeret kakinya. yang terluka ke

arah mobil, “Terima kasih telah menyelamatkan kami tepat waktu, aku teman Nona Dewi, namaku Mina.”

“Nona Mina, silakan sebelah sini.”

Wezo membawanya menaiki mobil di belakang.

“Hei, Mina ...."”

Dewi berpikir kenapa Mina begitu lemah, langsung berinisiatif naik, membuatnya mau jual mahal sedikit pun

tidak bisa.

“Naik.” Lorenzo memelototi Dewi, berbalik dan langsung naik ke dalam mobil, dia juga menambahkan, “Ada apa

pun, kita bicarakan setelah kita pulang!”

Kalimat terakhirnya ini sangat berguna.

Hati Dewi segera melembut, dia menggigit bibir bawahnya dan mengikutinya masuk ke mobil dengan putus asa.

“Nona Dewi, silakan!”

Jasper membukakan pintu mobil untuknya, dan pada saat yang sama, bertukar pandang dengan Jeff, aku

menang!

Jeff cemberut, matanya penuh ketidakpuasan.

Tidak disangka, Nona Dewi yang sombong dan tidak pernah menunduk pada orang lain akan berinisiatif datang

mencari Tuan....

Tampaknya perkataan wanita yang sedang jatuh cinta memang berbeda dengan isi hatinya.

Konvoi itu melaju dengan kencang menuju kediaman Moore.

Pemanas di dalam mobil menyala penuh, tapi Dewi masih merasa kedinginan. Tadi setelah dia turun dari

pesawat, dia belum sempat mengambil bagasi sudah dikepung dan dikejar oleh orang- orang itu, sampai

sekarang dia masih mengenakan pakaian tipis.

Salah satu sepatunya juga copot saat lari tadi....

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Tadi dia berlari sebentar di dalam salju, jadi mungkin kena es dan terluka, sekarang sangat

kesakitan.

Lorenzo melirik Dewi dari atas ke bawah dengan mata dinginnya yang mencekik, lalu mengerutkan kening dan

tidak mengatakan apa-apa.

Dewi melepas sepatunya yang lain, lalu menggosokkan kakinya ke kakinya yang lain dan menggosok lengannya

dengan kedua tangannya, dia terlihat menyedihkan dan tidak berdaya seperti itu.

Jasper yang duduk di depan diam-diam menyalakan pemanas sampai maksimal, tapi dia tidak berani berbicara,

apalagi menyerahkan mantelnya pada Dewi, dia hanya mengamati wajah Lorenzo melalui kaca spion.

Sangat dingin sampai membuat orang takut.

Tapi segera, Lorenzo tidak bisa menahan diri lagi dan melepas mantelnya dan melemparkannya ke tubuh Dewi,

dia berkata dengan aneh, “Denmark begitu enak, untuk apa kamu ke kota Snowy?”

“Aku tidak mau ke sini.” Dewi memelototinya dengan tampang yang sangat marah.

“Kalau begitu, jangan datang,” Lorenzo berkata dengan marah, “Sekarang masih belum telat untuk kembali.”

“Kamu ....” Dewi sudah mau meledak, tapi dia teringat dengan nasihat Willy, jangan bertengkar dengannya,

jangan ribut dengannya ....

Dia pun secara paksa mengendalikan emosinya dan menekan amarahnya.