We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 557
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 557

“Para bibi, sclamat pagi!” Carla menyapa dengan suaranya yang manja, lalu membuka mata besarnya

yang indah, bertanya pada Daniel dengan penasaran, “Papi, kenapa di sini hanya ada ti bibi yang

cantik, tidak ada paman?”

“Karena di sini adalah kantor Presdir, semuanya sekretaris.”

Daniel membawa mereka ke ruang kantornya.

Ryan menginstruksikan: Bawa jus, es krim, dan camilan ke sini.”

“Baik.” Winnic segera pergi mengatur.

Saat melihat pintu kantor Presdir tertutup, sekretaris yang lain langsung berdiskusi dengan penuh

semangat: “Astaga, anak itu memanggil Presdir dengan schutan papi? Mungkinkah mereka adalah

anak Presdir?”

“Scharusnya iya. Kalau tidak, mana mungkin Presdir akan menggendong mereka, bahkan membawa

mereka ke perusaliaan?”

“Astaga, ternyata Presdir sudah punya anak, bukankah dia belum menikah?”

“Benar, benar. Bukankah dia akan menikah dengan Presdir Linda dari Grup Top Sky?”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Anak–anak itu pasti bukan anak Presdir Linda.....”

“Pasti bukan. Anak–anak itu kelihatan seperti berusia 3–4 tahun. Mungkinkah dulu Presdir menikah

dan punya anak diam–diam?”

“Tidak tahu siapa mami anak–anak itu...”

“Tadi aku memperhatikan gadis kecil itu, tampangnya sedikit familier, tapi aku tidak bisa ingat di mana

pernah melihatnya.....

“Apa yang kalian bicarakan? Apa mau membicarakannya di depan Presdir?” Kata Winnie dengan

dingin.

Para sekretaris yang sedang bergosip segera bubar, kembali ke posisi masing–masing, tidak berani

bicara sembarangan lagi.

“Kalian tahu tabiat Presdir.” Winnic memperingatkan dengan tegas, “Dia tidak suka orang–orang

bergosip di belakangnya. Kalau dia mendengar sesuatu, kalian harus berkemas dan pergi dari sini.”

“Ya, kami tidak berani lagi.” Beberapa sekretaris segera menunduk dan bekerja.

Winnie mclirik mereka, mendorong troli makanan ke kantor Presdir.

Daniel menurunkan Carla.

Carla meregangkan kaki kecilnya yang pendek, lalu melihat sekeliling dengan matanya yang

besar dan indal, membuka mulut kecilnya dengan terkejut: “Astaga, Papi, apa kantormu berada cli atas

langit?”

“Hahit.….” Daniel dibuat tertawa oleh pemikiran anaknya yang polos.

**Tidak terlihat atap lain di luar, lianya bisa melihat wan.” Carla mencoba berjalan ke arah topi. tapi

berhenti karena sedikit takut, menopang wajah dengan tangan kecilnya yang gemuk, berkata dengan

takjub, “Tinggi sekali!”

“Lantai 68, tentu saja tinggi.” Carlos juga mengamati kantor Daniel, terdapat rasa takjub di sorot

matanya, “Papi, kantormu dipasang banyak produk berteknologi tinggi, hampir semua produk

elektroniknya berteknologi tinggi!”

“Begitu cepat sudah melihatnya?” Daniel melihat Carlos dengan sorot mata menyetujui.

“Ya, aku punya intuisi yang tajam dengan semua ini.” Carlos masil mengamati sckcliling, “Apa semua

produk berteknologi ini dikembangkan oleh perusahaan papi?”

“Benar.” Daniel mengangguk.

“Papi, bolehkah aku melihat ini?”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Carlos tertarik pada model pesawat dalam lemari kaca.

“Tentu saja boleh.” Kata Daniel dengan lembut, “Kalian boleh memainkan barang–barang di sini, tapi

harus hati–hati, jangan sampai melukai diri sendiri.”

“Aku tahu. Terima kasih. Papi.”

Carles mengeluarkan sebuah model pesawat dengan hati–hati.

“Presdir Daniel!” Winnie masuk dengan mendorong troli makanan, memberi hormat pada Daniel, lalu

meletakkan satu per satu makanan di atas meja.

“Tuan Muda, Nona Muda, makanlalı dulu.” Ryan menyapa sambil tersenyum, “Sciclah menyelesaikan

pekerjaan, Papi kalian akan membawa kalian ke departemen penclitian dan pengembangan,

bagaimana?”

“Baik.” Carla segera berlari menghampiri sambil membawa Roxy.

Carlos dan Carles masih melihat barang yang mereka minati masing–masing. Winnic hendak menyapa

mereka, Ryan berkata: “Biarkan saja mereka, kamu pergilah bekerja, ada aku di sini.”

“Baik.” Winnie mengangguk, lalu pergi.

Ketiga perawat berdiri di sudut ruangan dengan patuh. Saat melihat kantor yang begitu megah ini,

mereka tercengang, bahkan lebih berhati–hati dalam bekerja.

Winnie baru saja sampai di depan pintu, scorang sekretaris datang melapor dengan tergesa–gesa:

“Kak Winnic, Presdir Linda datang lagi!”